Indonesia Cemas Jilid II: Aksi 1 September 2025 yang Mengguncang Negeri

Indonesia Cemas Jilid II: Aksi 1 September 2025 yang Mengguncang Negeri

Besok, 1 September 2025, ribuan massa kembali memenuhi jalanan Indonesia. Dari Jakarta, Makassar, Surabaya, hingga Medan, gelombang protes yang dinamakan Indonesia Cemas Jilid II menjadi bukti bahwa rakyat sudah tidak lagi bisa diam. Aksi ini bukan sekadar lanjutan dari demonstrasi sebelumnya, melainkan eskalasi yang membawa negeri ke titik didih.


Asal Usul Indonesia Cemas

“Indonesia Cemas” adalah sebutan yang lahir dari mahasiswa dan organisasi sipil. Istilah ini menggambarkan keresahan rakyat terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Ada tiga faktor utama yang melatarbelakangi:

  1. Kenaikan tunjangan DPR yang dinilai tidak peka terhadap penderitaan rakyat.

  2. Tragedi Affan Kurniawan, pengemudi ojek online berusia 21 tahun yang tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob saat aksi 28 Agustus.

  3. Ketidakpercayaan pada pemerintah dan aparat, yang dianggap lebih membela kepentingan elit ketimbang mendengar suara masyarakat.


Kronologi Singkat Menuju 1 September

  • 28 Agustus 2025: Demo besar di Jakarta pecah, bentrokan terjadi, Affan tewas.

  • 29 Agustus 2025: Protes meluas ke Makassar, Pekalongan, dan Cirebon. Gedung DPRD Makassar terbakar, tiga orang meninggal.

  • 30 Agustus 2025: Presiden Prabowo membatalkan kunjungan ke Tiongkok. TikTok menutup fitur live di Indonesia.

  • 31 Agustus 2025: NasDem menangguhkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach setelah komentar mereka memperkeruh situasi.

  • 1 September 2025: Indonesia Cemas Jilid II digelar serentak di berbagai daerah.


Peta Aksi Hari Ini

  • Jakarta: Massa mengepung DPR, bentrokan dengan aparat tidak terhindarkan.

  • Makassar: Massa tetap berkumpul di sekitar DPRD meski gedung sudah terbakar.

  • Yogyakarta: Aksi damai di Malioboro, mahasiswa menyerukan solidaritas tanpa kekerasan.

  • Surabaya: Ribuan buruh dan mahasiswa bergabung, menuntut keadilan ekonomi.

  • Bali: Aksi damai dengan lilin di depan kantor gubernur.

  • Medan: Jalanan utama ditutup, transportasi terganggu, demonstran menolak bubar.


Respons Pemerintah

  • Presiden memilih tetap di Jakarta, membatalkan agenda luar negeri.

  • Tujuh anggota Brimob ditahan untuk diperiksa terkait tragedi Affan.

  • TikTok menutup fitur live, Meta ditekan untuk memperketat moderasi.

  • Pemerintah memberi sinyal kemungkinan darurat sipil jika keadaan tidak terkendali.


Dampak Pendidikan dan Ekonomi

  • Universitas Indonesia memindahkan kuliah ke sistem daring 1–4 September.

  • Kampus lain di Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi menyiapkan langkah serupa.

  • Sekolah di beberapa kota besar memilih meliburkan siswa.

  • IHSG melemah, rupiah tertekan, investor asing menahan modal.

  • Pusat belanja menutup lebih awal, pedagang kecil rugi.


Tekanan Politik

  • NasDem menangguhkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach.

  • Publik menilai langkah ini tidak cukup.

  • Tuntutan rakyat semakin jelas: reformasi kepolisian, transparansi anggaran, dan penghapusan privilese pejabat.


Dunia Digital

  • Reddit r/indonesia membuka megathread untuk memantau demo dan mencegah hoaks.

  • Di X, tagar #JusticeForAffan, #PolisiPembunuhRakyat, dan #RIPIndonesianDemocracy trending.

  • Media sosial menjadi ruang solidaritas sekaligus ladang disinformasi.


Ancaman dan Risiko

  • Provokator dikhawatirkan menyusup ke dalam aksi.

  • Hoaks menyebar cepat, memperkeruh suasana.

  • Opsi darurat sipil membuat rakyat cemas, takut aksi damai dipakai sebagai alasan pembatasan kebebasan.


Analisis

Indonesia Cemas Jilid II adalah refleksi dari krisis kepercayaan antara rakyat dan pemerintah. Jika aksi ini terjaga damai, ia bisa menjadi pintu masuk reformasi nyata. Tetapi jika berubah menjadi kerusuhan, negara justru akan memperkuat kontrol.


Penutup

Hari ini Indonesia menulis sejarah. Indonesia Cemas Jilid II bukan hanya demonstrasi, melainkan teriakan kolektif bangsa yang lelah dipinggirkan. Pertanyaan utamanya: apakah negara akan memilih mendengar suara rakyat, atau tetap menutup telinga dan membalas dengan kekerasan.